• Setealah Anda menemukan tag diatas, salin script dibawah ini tepat diatas/sebelumnya MAKNA TRADISI BADHA KUPAT

7/24/2015

MAKNA TRADISI BADHA KUPAT


Dokpri: Tumpeng Kupat, Lepet dan Lontong

Tradisi yang paling tua adalah budaya, seperti lebaran ketupat merupakan hasil akulturasi kebudayaan Indonesia dengan islam. Lebaran ketupat diselenggarakan pada hari ke tujuh bulan syawal, orang jawa menyebutnya dengan “Bakda Kecil”.


Tradisi Lebaran ketupat awal mula berasal dari budaya Jawa, kemudian tradisi ini berkembang ke seluruh masyarakat di seluruh Nusantara melalui trasmigrasi dan perkawinan antar daerah. Lebaran sering dipakai masyarakat dalam menyambut hari Raya Idhul Fitri. Lebaran sendiri berasal dari akar bahasa jawa “Lebar” yang berarti selesai sudah berlalu, maksudnya berlalu bulan Ramadhan selesai pelaksanaan ibadah puasa. Sedangkan awal bulan syawal dilaksanakan hari raya Idhul FItri masyarakat Jawa biasa menyebutnya dengan “Riyaya” atau “Badha” Riyaya berarti singkatan dari hari raya sedangkan Badha berasal dari bahasa arab dari akar kata Ba’da yang berarti setelah.

lebaran ketupat murni dari tanah Jawa, sejak pemerintahan Paku Buwono IV sebuah kearifan lokal yang hanya dilakukan di Indonesia. Sedangkan sumber lain ketupat berasal dari budaya yang diajarkan dari kanjeng Sunan kalijaga. Kanjeng sunan membudayakan dua kali Badha yaitu Badha Riyaya Fitri dan Badha Kupat. Kebiasaan masyarakat Demak, Grobogan dan sekitarnya hari pertama Badha kupat di ikuti dengan melakukan tradisi “Bancaan” atau kenduri. Budaya ini mengajarkan pentingnya kebersamaan dalam lingkungan bermasyarakat, harus mengasihi, saling memberi dan berbagi. Bancaan ini biasa dilakukan di Mushola atau masjid, sebelum tumpeng di makan seorang pemuka agama harus mendoakan tumpeng tersebut agar mendapatkan keberkahan.
Dokpri: Kupat Santen Ngaturaken Lepat Nyuwun Ngapunten

dengan selembar daun kelapa yang di buang lidinya, daun dianyam hingga membentuk ketupat, masih banyak masyarakat kita yang tidak tau cara membuat ketupat, karena harus  sabar dan teliti hingga membuat anyaman ketupat yang menarik. Setelah selesai dianyam ketupat diisi dengan beras yang sebelumnya di rendam dengan air. Cara memasak ketupat berbeda dengan memasak nasi biasa, karena ketupat harus dimasak kurang lebih lima jam untuk menghasilkan ketupat yang pulen, kenyal dan tidak cepat basi. Sedangkan “Lepet” di buat dari beras ketan dicampur dengan parutan kelapa di kasih bumbu gula dan garam, dibungkus menggunakan daun pisang atau daun kelapa.

Arti makna kata Ketupat
Dalam budaya jawa ketupat lebaran bukanlah sebuah hidangan hari raya saja melainkan memiliki makna khusus, ketupat atau kupat dalam bahasa jawa merupakan kependekan dari “Ngaku Lepat” dan Laku Papat”. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan sedangkan laku papat artinya empat tindakan.
Dokpri: Lepet
Ngaku Lepat atau mengakui kesalahan dengan cara sungkeman kepada sahabat atau orang yang lebih tua. Tradisi sungkeman mengajarkan pengtingnya menghormati orang tua seraya memohon ampun. Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon ke ihklasan dan ampunan dari orang lain.

Sedangkan Laku papat artinya empat tindakan dalam perayaan badha yaitu (1) Lebaran berarti usai menandakannya berakhir waktu puasa, sedangkan Lebar artinya pintu ampunan telah terbuka lebar. (2) Luberan dari kata Luber artinya  meluber atau melimpah, sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin, mengeluarkan zakat fitrah menjelang lebaran, budaya ini mengajarkan kita untuk peduli terhadap sesama. (3) Leburan dari kata Lebur berarati habis dan melebur, maksudnya pada momentum lebaran, dosa dan kesalahan kita akan melebur habis karena setiap umat islam dituntut saling maaf memafkan antar sesama muslim. dan (4) Laburan berasal dari kata Labur atau Kapur. Kapur adalah zat yang dapat digunakan untuk menjernihkan air maupun pemutih dinding. Maksudnya supaya kita sebagai manusia selalu menjada kesucian lahir dan batin satu sama yang lainnya.

Sebagai umat muslim kita harus menghormati dan menghargai kebudayaan yang ada di sekitar kehidupan kita. Budaya merupakan sebuah tradisi turun temurun dari orang tua kita. Maka sudah sepantasnya kita melestarikannya.

Grobogan, 24 Juli 2015
Salam
Setiawan Widiyoko

1 comment:

  1. Josss... Kembali ke Bumi pertiwi untuk visi membangun kejayaan Kota, putra asli daerah, intelektual muda asal Grobogan Setiawan Widiyoko, ST., SH., M.Si

    ReplyDelete

Komentar anda sangat bermanfaat