• Setealah Anda menemukan tag diatas, salin script dibawah ini tepat diatas/sebelumnya Jejak Stasiun Kedungjati Grobogan

7/03/2016

Jejak Stasiun Kedungjati Grobogan

Bagian Pertama
Dokrpi: Stasiun Kedungjati di ketinggian 36 m
Liburan lebaran tahun 2016 sudah tiba, surat edaran dari kantor libur lebaran mulai dari tanggal 2 juli hingga 18 juli 2016. Kebiasaan memiliki aktivitas dipagi hari kini terasa sepi dan stagnan. maka untuk mencari kesibukan dan mengisi waktu kosong penulis sempatkan keliling kedungjati dengan bersepeda motor. 

awalnya penulis bertujuan mencari tukang usaha mebeler dari kayu jati hutan, karena kedungjati merupakan pusat pohon jati terbesar kedua setelah kabupaten Blora. kualitas jatinya berwarna hitam bukan putih seperti jati kampung. dinamakan kedungjati karena pada masa dulu ada sebuah "kedung" (yang berarti blumbang/ kubangan besar berisi air) dalam kubang itu terdapat pohon Jati ,terkadang muncul secara tiba-tiba dan menghilang secara misterius, dan kedung ini banyak merenggut nyawa jika ada orang yang mandi disitu.


penulis mulai masuk mensusuri desa kedungjati, desa kentheng, jika di telusur terus menerus jalan yang penulis lalui akan sampai di Karang Gede Sragen. Jalannya dulu ber aspal Hotmix kini hancur seperti jalan makadam yang tidak terurus. bisa jadi karena daerah pinggiran berbatas dengan daerah administrasi Salatiga, Sragen Boyolali. Harusnya penulis tidak menggunakan Matic, karena jalan ini cocok jika dilalui dengan kendaraan Trail, tetap nyaman meskipun jalan penuh lubang.

Jejak  Stasiun

Merasa jalannya tidak nyaman, penulis balik kanan dan singgah di Stasiun Kedungjati. Baru kali pertama kaki ini menginjak Stasiun bangunan belanda yang paling tua di Indonesia. adapun stasiun lain seperti stasiun Brumbung, stasiun Tanggungharjo, stasiun Tegowanu, Stasiun Godong, Stasiun Nglejok, Stasiun Purwodadi, Stasiun Gambrengan, Stasiun karangrayung, stasiun sedadi dan stasiun Ngrombo masih kalah tua.
Dokpri: Bersama pak Slamet Pensiuan PJKA

Bangunan di satiun Kedungjati memiliki arsitektur klasik seperti bangunan stasiun Williem I di Ambarawa, stasiun ini remsi beroperasi pada 21 mei 1873. peresmian ini sekaligus ditandai beroperasinya stasiun kedungjati-Ambarawa untuk pertama kalinya. Stasiun ini berada pada ketinggian 36 meter diatas permukaan laut, beda dengan stasiun Tawang yang memiliki ketinggian 2 mdpl. Melihat kemegahan bangunan arsitektur, dengan material kualitas super, seperti baja rangka yang dibuat agar bertahan ratusan tahun. satiun ini dulunya sebagai transit pasukan Belanda.

Memang benar bangunannya sangat kokoh dan kuat, hal ini juga disampaikan pak Slamet Pensiunan PJKA tahun 2000. beliau menceritakan jejak stasiun Kedungjati menurut sepengatuannya, termasuk mengenai jembatan bangunan belanda yang keberadaannya masih kokoh untuk dilintasi kereta api.

Dokpri: Jembatan bangunan Belanda


Dokpri: Plat Pabrik Jembatan


Dokpri: Pat ini menempel di Jembatan
Jembatan ini panjangnya kurang lebih 350 meter, dalam  pagar jembatan tertempel lempengan baja bertuliskan " KON. NED MACHINE FABRIEK V/A E. H. BEGEMAN 19 HELMOMD 05" ini pertama kalinya penulis melihat dan membaca tulisan ini. merasa  buntu untuk tahu apa maksud yang tertulis dalam lempengan itu. maka penulis meminta petunjuk kepada pak Tjahjono Raharjo pakar Per kereta apian dan beliau juga pernah mengenyam pendidikan di Belanda. adapun arti menurutnya adalah : itu nama pabrik pembuat komponen jembatan: Koninklijke Nederlands Machinefabriek, voorheen (dahulu) E.H. Begemaan. Helmond (nama kota) 1905 (tahun pembuatan). Jadi Koninklijke Nederlands Machinefabriek, yang dahulu E.H. Begemaan berada Helmond (nama kota), artinya jembatan ini sudah berumur seratus tahun lebih.
Dokpri: Rencana pengembangan rute

Masih menurut Thajono Stasiun Kedungjati berada pada jalur KA pertama di Indonesia Semarang-Solo- Yogya. Bangunan pertama dari kayu Jati dari tahun 1873. Tahun 1907 digantikan bangunan yang ada sampai sekarang. Arsitekturnya sama dengan stadium Ambarawa dan Purwosari (Solo) hanya berbeda lebar bentang atap. Yang paling Lebar Ambarawa (21,75 m) disusul Kedungjati (14,65 m) dan Purwosari (13 m).  Dari Kedungjati ada lintasan cabang ke Ambarawa.

Ulasan lain tentang stasiun Kedungjati akan penulis posting di kemudian hari, misalnya seperti bangunan batu bata yang kuat seperti batu hitam, alas lantainya yang didatangkan langsung dari belanda, Jam dinding raksasa, lonceng kuno, saksi sejarah pengangkutan PKI Grobogan dari stasiun Kedungjati ke Ambarawa, Proyek-proyek PJKA untuk menghidupkan kembali rute, Bantalan-bantalan rel kuno dan bekas-bekas tembakan serangan pasukan Belanda yang mengenai rangka baja bangunan stasiun akan segera penulis ulas.

Grobogan, 3 Juli 2016
Salam

Setiawan Widiyoko


No comments:

Post a Comment

Komentar anda sangat bermanfaat