Dokpri: Seorang pemuda di Tegowanu meminta koin kepada pengemudi |
Menjelang lebaran merupakan momen yang tepat untuk perbaikan
infrastruktur jalan raya. Pendsitribusian anggaran yang di gedog bulan april
kepada konsultan maupun kontraktor harus kerja ekstra untuk menuntaskan segala
proyek perbaikan jalan. masyarakat memanfaatkan perbaikan jalan untuk mengatur lalu lintas dan meminta koin recehan maupun ribuan.
Ribuan pemudik yang akan pulang ke kampung halaman diberikan
fasilitas jalan yang mulus agar pengendara makin nyaman. Pemikiran ini harus
dirubah mengarah kepada kenyamanan dan keselamatan pemudik, dengan cara
memperbaiki transportasi umum.
Banyaknya perbaikan jalan sepanjang jalur Blora-Purwodadi membuat
jarak tempuh semakin lama. Momen ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
mengatur buka tutup jalan raya, agar tidak terjadi kemacetan. Pengatur jalan
dadakan ini masyarakat menyebutnya dengan pak Ogah.
Dokpri: Berteduh dari teriknya panas matahari |
Ketika melintas diperbaikan jalan pengemudi setidaknya menyiapkan
koin recehan atau selembar ribuan, sekedar tip untuk pengatur jalan. Semangat
membantu kontraktor perbaikan jalan semula adalah sukarela. Koin tip dari
pengemudi dimanfaatkan untuk membeli minum dan gorengan unutuk pekerja.
Kini semangat itu berubah, menjadi komersialiasasi. Peminta koin
recehan tidak lagi seramah dulu, mereka bekerja untuk uang bukan. Pengemudi
yang tidak memberikan koin receh atau ribuan kini harus menerima buli atau
cemoohan. Padahal tidak semua pengemudi siap dengan uang koin, atau uang kecil.
Lagipula tidak semua pengemudi sepelit apa yang pengatur jalan pikirkan.
Cemoohan
bertubi-tubi oleh pengatur jalan seperti
“Sugeh kok pelit, nek modar arep dipendem dewe ya”
“Ki jamane wes merdeka bos, orak hormat terus” (padahal mengangkat
tangan mohon maaf karena tidak bisa member koin)
“Matur suwun orak di wenehi”
“Piye bos nggo tuku mangan ki”
“Nek orak diwenehi receh orak tak bukake, macet yo ben urusanmu”
Dokpri: Buka tutup lajur agar tidak terjadi kemacetan lalu lintas |
Kalimat-kaliamt diatas menunjukkan ketidak ramahan pengatur jalan
yang baru diperbaiki. Bahkan diantara pengemudi sampai turun dari mobil hingga
terjadi cekcok. Dan ada juga pengemudi yang tidak memberikan koin, mobilnya
harus menjadi sasaran goresan ember koin dan besi.
Ada dua sif yang diberlakukan para penjaga buka tutup pintu,
mereka di koordinir oleh penguasa wilayah setempat. Hasil per sift mereka bisa
mendapatkan 500.000-1.000.000 hasilnya mereka bagi untuk seluruh tim.
Kelemahan sistem pekerjaan proyek pembangunan jalan adalah terlalu
lama dan ini kurang praktis karena merugikan banyak pihak. Bayangkan
pembangunan jalan yang jaraknya hanya satu kilometer harus memakan waktu tiga
bulan. Padahal di Singapura membangun gedung 15 lantai hanya membutuhkan waktu
dua bulan saja.
Di Jakarta para kontraktor sudah menggunakan inovasi baru dengan
menggunakan semen beton yang dapat digunakan hanya dengan waktu 10 jam setelah
pengecoran. Selama ini semen yang dipakai para kontraktor jalan raya
membutuhkan waktu minimal 14 hari dan maksimal 28 hari untuk bisa digunakan.
Dan ini sangat tidak efesien, merugikan banyak pihak.
Semen inovasi baru itu dinamakan Speed Crete yang dikeluarkan oleh Holcim(kompas.com) harganya 3
juta per meter kubik. Dengan inovasi baru ke depan tidak ada kemacetan yang
berkepanjangan, dan tidak ada pengusaha yang dirugikan karena keterlambatan
pengiriman barang.
Bagi para pengemudi siapkan recehan saat melintas diperbaikan
jalan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. semoga bermanfaat.
Grobogan, 29 Juni 2015
Setiawan Widiyoko
No comments:
Post a Comment
Komentar anda sangat bermanfaat