Dokpri: Bancaan setelah shalat Ied |
Tulisan ini adalah lanjutan dari Kreasi Unik Malam Takbir di Grobogan dalam tulisan sebelumnya banyak menceritakan mengenai Takbir keliling dan kreasi masayarakatnya. kali ini saya akan bercerita mengenai tradisi "Bancaan" setelah menjalankan ibadah shalat Idhul Fitri.
Bancaan sendiri berasal dari "Ciak" yang artinya makan satu orang atau lebih. kata-kata ini biasa di pakai untuk teman dekat atau sesama umur, ini termasuk bahasa jawa ngoko yang agak kasar. jagan sembarang memakai kata-kata ini jika tidak mau kena cemooh orang lain.
Sedangkan "Bancaan" dalam pengertian jawa berarti, Tradisi makan makanan banyak orang dan bersama-sama. adapun bancaan sering dilakukan sebagai perwujudan rasa syukur kepada sang pencipta yaitu Allah SWT atas keberkahan, kenikmatan, kesehatan, rezeki dan umur yang panjang. misalkan bancaan kehamilan empat bulan, tujuh bulan, bancaan kematian, bancaan rumah baru, bancaan mobil baru, bancaan mendapatkan pekerjaan, bancaan kematian, bancaan idhul fitri, bancaan idhul adha, bancaan maulid nabi, bancaan bulan ramadhan pertama, bancaan bulan ramadhan hari ke 21, bancaan hatam Al Qur'an.
Tidak semua muslim melakukan tradisi ini, karena ada yang berpendapat seperti aliran Wahabi bahwa tradisi dapat dikatakan sebagai ibadah manakala masyarakat percaya semacam tradisi itu, maka jika dilakukan itu Bid'ah. tetapi pendapat itu di bantah oleh non Wahabi karena Tradisi tidak dapat di campur adukkan dalam ibadah. saya tidak akan membicarakan mengenai perdebatan itu, yang saya tau bahwa "Bancaan" dapat pula di artikan "Syukuran".
Syukuran menurut pandangan Islam
Syukuran dapat diartikan sebagai ungkapan rasa syukur yang dilakukan dengan ucapan maupun tindakan kepada Allah SWT sebagai tuhan yang maha memberi, misalnya lulus seleksi bekerja di Korea, lulus kerja di Jepang, Taiwan, Hongkong, Singapur, Arab Saudi, syukuran pulang habis bekerja di luar negeri, syukuran mendapatkan beasiswa, syukuran lulus sekolah dll. hampir tiap kesuksesan berakhir dengan syukuran, dan syukuran biasanya tidak eman eman.
wujud syukur yang tidak eman eman adalah sama halnya dengan kita memberikan sedekah kepada orang lain. Dan banyak bersedekah kita tidak akan jatuh miskin dari harta. maka kita sepakati bahwa tradisi bancaan dalah sama halnya dengan tradisi syukuran.
Bancaan Di Grobogan usai shalat Ied
shalat Idhul Fitri selesai, dengan khotib menutup khatbah penutupnya dengan doa, maka saat itu pula pelaksaan shalat ied sudah selesai. Di desa kami usia menjalankan shalat ied masih ada tradisi salam salaman berurutan dari depan sampai kebelakang membentuk shaf dengan jarak 50 cm.
Dokpri: salam salaman meminta maaf |
Tradisi ini pun tahun 2016 ini sempat ramai lantaran ada meme yang beredar di dunia maya, yaitu seorang pesohor Betawi Benyamin Sueb (?) "Buat dosa di Djakarta minta maaf di kampung bahlul ente"
sumber: kiriman temen Kr&Co |
saya tidak banyak komen tentang meme ini, yang saya tahu para pemudik memang harus minta maaf sama saudaranya di kampung, sedangkan untuk nanti sepulang di Djakarta ada cara tersenditi seperti Halan Bihalal. jadi yang bahlu siapa coba?
kembali ke persoalan Bancaan di Grobogan, setelah dari masjid, pulang rumah langsung bawa tumpeng di bawa ke mushola, ini tradisi turun temurun jadi tidak ada pemberitahuan sebelumnya. bancaan ini bisanya ada nasi, lontong, mie goreng, tempe kering, ayam bakar/goreng, telur, krupuk dll.
Dokpri: Isi tumpeng |
setelah warga berkumpul semua di desa kami ada yang namanya pengumpulan warid (uang kas RT) sebesar Rp.2.000 setiap kali bancaan di mushola dan hasil warid ini akan di gunakan untuk perawatan mushola. selanjutnya iman mushola memberikan sambutan menggunakan bahasa jawa, bahwa bancaan ini adalah rasa syukur kita kepada sang pencipta. setelah sambutan selesai barulah membaca Tahlil yaitu dengan membaca surat Al Ihklas, Al Alaq, Annas, Al Fatihah, Al Baqarah ayat 1-5, Ayat kursi dan sebagainya.
selesai doa tumpeng yang ditutup daun pisang di buka, dan peserta bancaan boleh menyantapnya, kita juga boleh menyantap makanan milik orang lain, karena tradisi ini adalah syukuran untuk kebersamaan, saling memiliki, hormat menghormati dan peduli antar sesama.
Grobogan, 9 Juli 2016
Salam
Setiawan Widiyoko
No comments:
Post a Comment
Komentar anda sangat bermanfaat