Dokpri: Teknologi Bajak Sawah (Traktor) |
Minimnya tenaga kerja pertanian di pedesaan membawa dampak negatif terhadap multi produktifitas di pedesaan. kejadian ini sudah terjadi sejak adanya kebijakan pemerintah Indonesia mengirim warganya untuk bekerja di luar negeri. terlihat dari homogenitas tanaman yang dikembangkan di pedesaan membuat nilai jual yang rendah saat panen raya.
Tidak dapat di pungkiri hasil pertanian telah menyokong kebutuhan pokok pangan seluruh warga indonesia, namun karena minim tenaga di pedesaan menjadikan prduksifitas menjadi rendah, dan terkesan bahwa bekerja di pertanian tidak begitu menjanjikan untuk kesejahteraan ketimbang bekerja di industri.
Jika lama di biarkan ini akan menjadi tragedi pahit, karena negara tidak lagi menghargai hasil pertanian warganya dengan alasan kualitasnya buruk, hasil produksinya kurang menopang di Indonesia. Maka munculah kebijakan impor beras, impor buah-buahan, impor bawang merah, impor bawang putih dan impor sembako lainnya. Artinya kebijakan ini akan membunuh petani secara perlahan dan persawahan tak lagi berharga, maka alih fungsi lahan menjadi pilihan akhir untuk di jual secara ber kapling sesuai program Badan Pertanahan Nasional mengoptimalkan pajak daerah.
Teknologi Baru di Pedesaan
Pertanian tidak boleh di kesampingkan meskipun tanpa tenaga terdidik di pedesaan. dengan “Inspirasi Indonesia TMMINspirasi” melalui teknologi baru yang humanis dan berkelanjutan kita masih dapat memaksimalkan hasil pertanian.
Pertama: Membajak sawah dulunya masih menggunakan cangkul dan kerbau untuk mengolah lahan, sekarang sudah ada mesin traktor yang dapat membajak sawah dua hektar/ 30 menit. artinya ada efisiensi waktu yang relatif lama dan ini akan mempercepat produksi.
Kedua: Sistem tanam padi/ tandur saat ini masih menggunakan tenaga manusia, dan harus antri dari lahan satu ke lahan lainnya ini karena minimnya tenaga. Di negara maju seperti Jepang, Korea sudah ada teknologi menanam dengan mesin, sayang di pelosok tanah air masih menjadi penonton produk hebat itu.
Dokpri: Penggilingan Padi yang perlu di kembangkan |
Ketiga: Masa panen selalu kesulitan mendapatkan pekerja, akhirnya banyak tanaman yang terbengkalai karena tidak ada yang mau memanen, kami butuh teknologi untuk mengolah hasil panen secara cepat. Meskipun sudah ada mesin mesin penggiling lokal buatan masyarakat, tentu belum dapat bekerja secara maksimal semoga melalui "Inspirasi Indonesia TMMINspirasi" dapat terjawab keluahan masyarakat pedesaan.
Ke Empat: Petani sekarang perlu melek teknologi, maka teknologi identifikasi musim dan hama di era Climate Change perlu di terapkan. sehingga tidak ada lagi terdengan kabar petani gagal panen.
Grobogan, 11 Juli 2016
Salam
Setiawan Widiyoko
No comments:
Post a Comment
Komentar anda sangat bermanfaat